Kampung di Pinggir Kota Seberang

KAMPUNG DI PINGGIR KOTA SEBERANG





Hai hai^^ bagaimana kabar kawanku sekalian? Apakah kalian menikmati liburan semester dengan baik? Kuharap iya. Dipostinganku kali ini, aku ingin membagikan liburan semesterku yang berselang dua minggu. Nah, seperti kebanyakan orang, liburan panjang pasti dinanti-nantikan. Terutama liburan semester contohnya. 


Liburanku kali ini cukup menyenangkan dan aku bersyukur karnanya. Di minggu pertama aku menghabiskan liburanku dengan keluarga di rumah, membantu orangtuaku contohnya, mengurusi hewan peliharaanku dan berlibur ke rumah kakekku di pinggir kota seberang. Dari awal mungkin membosankan, aku sempat berfikir seperti itu mengingat polusi di kota tidak cocok denganku. Penghujung liburan Minggu pertama, keluargaku pergi pulang kampung. Dengan membawa buah tangan, sekarung rambutan dari kebun Nenekku yang baru saja panen.  


Dimusim penghujan seperti ini aku menghawatirkan pasti jalanan sedikit lebih licin.  Diperjalanan, hujan membasahi bumi, tapi itu tidak menurunkan niat keluargaku untuk balik arah pulang. Aku tersadar, jika hujan terus-menerus polusi udara mungkin sedikit mengurang dan tidak panas. Tapi aku lupa, ibukota padat penduduknya dan sistem penyerapan air sudah pasti berkurang atau tersumbat sampah orang yang tidak bertanggung jawab. Akibatnya banjir menghadang kami di jalan, banyak kendaraan mogok di tengahnya, penduduk disekitar sana turut membantu mengangkat atau mendorong kendaraanya ketempat yang lebih surut airnya. Bersyukur kendaraan keluargaku lancar membelah air di jalan. 


Setelah sampai di Rumah kakekku, sudah ada sebagian keluarga besarku sudah berkumpul disana. Dari luar pagar rumah, aku sudah mendengar bising-bisik keponakanku bermain. Ramai sekali. Aku sudah lama tidak merasa Deja vu seperti ini. Tiap detik aku menikmati dan menyelami sebisa mungkin terhadap suasana ini. Makan siang bersama saudara-saudaraku, setelah itu bapak-bapak bertugas menyiapkan dan membakar daging. Ibu-ibunya memasak makanan lainnya, akupun turut membantu. Hari itu aku ingin waktu berjalan lebih lambat agar selalu bersama saudaraku yang jarang sekali bertemu.


Matahari yang bersembunyi dibalik awan hitam muncul di arah barat. Pertanda waktu sudah sore hari, keluargaku bersiap pulang. Aku menatap pintu pagar rumah Kakekku, suasana ini merupakan hal yang kubenci, berpisah dengan jarak yang memisahkan membuat komunikasi berkurang. Delapan jam adalah waktu yang sedikit untuk melepas rindu dengan saudaraku, ingin ku berniat bermalam, namun tidak mungkin aku membiarkan kucingku di rumah kelaparan karna aku hanya memberi makan cadangan untuk sehari saja.

Kampung di Pinggir Kota Seberang Kampung di Pinggir Kota Seberang Reviewed by Salwa Azkiya on Januari 10, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.